Simponi Merah takkan padam
Meski ia dihadang dan dibungkam
Sebab ia lahir dari sebuah kesadaran
Tentang kebebasan dan jutaan penindasan
Diluar sana, kutemukan banyak orang yang agamis
Ia hanya mensejahterakan dirinya, mengabaikan kaum dhuafa
Mungkin ia tak mengabaikan kaum dhuafa?
Hanya saja sumbangsihnya menenangkan dalam ceramahnya
Ia agamis tapi meredupkan keadilan
Sibuk menenangkan dan memutihkan penindasan
Harusnya Simponi merah ia bangkitkan
Melalui teriakan-teriakan inginkan keadilan
Diluar sana, kutemukan banyak Mahasiswa
“Agent of change” itulah kalamnya
Tapi, sebagian dari mereka hanya sibuk dalam memilah pakainnya
Make-up serta Kitab Filsafat Cinta penghuni Tasnya
“Hedon” itulah Arah diskusinya
Hasratnya sangat militan dalam birahinya
Hingga ia buta memandang tanah yang merah
Hingga ia tuli, tak peka tentang jelata yang dalam amarah
Hingga hidungnya buta tak mencium luka yang bersimbahan
Hingga tangan KIRInya pincang katakan BERLAWAN
Diluar sana, kutemukan banyak kutu buku
Namun ia bermain dalam idealismenya itu
Ide dan bibirnya tetap berdialektika nan kritis
Tapi, pergerakannya bungkam hanya idenya yang kritis
Tapi, diluar sana hanya akan ditemukan sedikit demonstran
Yang mendendangkan simponi-simponi teriakan
Ia berlawan tentang aparat pro-penindasan
Sebab penindas KELAS KAKAP selalu dipertahankan
Sebab anti-penindasan selalu disingkirkan
Dibungkam serta dikekang dalam Kebijakan
Dari sudut kiri kan selalu terdengar teriakan
Jika masih terdengar suara penindasan
Simponi merah kan tetap didendangkan
Jika ritme keadilan tak seutuhnya dikembalikan
0 komentar:
Posting Komentar