Dibawah langit pelangi Si Hedon
Tersusun lantai-lantai Uang
Biaya anaknya Ulang Tahun
Sebanding biaya hidup Si Miskin 4 tahun
Biaya makan si Hedon sekali suapan
Sebanding biaya makan Si Miskin 5 bulan
Orang bilang, Indonesia itu Miskin
Tapi, siwakil rakyat yang bertumpuk di Parlemen
Dengan berbagai Mobil Mewah ia berlalu lalang
Dibawah Si Miskin masih saja Hidup di Jalan
Orang bilang, Indonesia itu Miskin
Tapi, mereka yang bernaung di tingginya gedung
Tertidur nyenyak berbantalkan Uang
Diselimuti oleh kilaunya Perhiasan
Disini, Si Miskin masih ada yang tinggal dijalan nan nomaden
Empuknya berbantal Lengan
Sehatnya bertikarkan kerikil jalanan
Diselimuti debu-debu Jalanan
Cukup terlelap dalam Simponi mesin yang berlalu lalang
Gagahnya sibapak parlemen dengan jas berhias dasi
Sedang rakyatnya, jas hujanpun tak mampu ia beli
Baiknya pemimpinku, ia bangun banyak gedung tinggi
Sedang rakyatnya masih belum juga rumah ia huni
Bapak kami dibawah langit Putih sana
Katanya, ia tak tidur terpikir rakyatnya
Tapi, tak sedikitpun perubahan sejahtera
Si Buruh, Si Fakir dan Si miskin tertindas masih saja
Bapak kami dibawah gedung sana
Katanya, larut malam diskusi masih saja
Lampu gedung masih menyala terdiskusikan rakyatnya
Tapi, rakyatnya masih saja tertindas dalam rumahnya
Ketika bapak, dengan koper ia keluar dari gedungnya
Di Bawah langit MERAH Si Buruh
Jika hidup Si Penindas rasa manisan
Buruh, Si Fakir dan Si Miskin hidup rasa Penindasan
Kaki dilangkahkan berjejak luka dan darah
Sebab, hak-hak dirampas, Jiwapun bernada Amarah
Kini langit mulai terpetak-petak
Ketika kebijakan di Tangan Si Pencuri
Ketika kekuasaan di Tangan Si Penghisap
Karya: Abdoel Azjs Toro
Tersusun lantai-lantai Uang
Biaya anaknya Ulang Tahun
Sebanding biaya hidup Si Miskin 4 tahun
Biaya makan si Hedon sekali suapan
Sebanding biaya makan Si Miskin 5 bulan
Orang bilang, Indonesia itu Miskin
Tapi, siwakil rakyat yang bertumpuk di Parlemen
Dengan berbagai Mobil Mewah ia berlalu lalang
Dibawah Si Miskin masih saja Hidup di Jalan
Orang bilang, Indonesia itu Miskin
Tapi, mereka yang bernaung di tingginya gedung
Tertidur nyenyak berbantalkan Uang
Diselimuti oleh kilaunya Perhiasan
Disini, Si Miskin masih ada yang tinggal dijalan nan nomaden
Empuknya berbantal Lengan
Sehatnya bertikarkan kerikil jalanan
Diselimuti debu-debu Jalanan
Cukup terlelap dalam Simponi mesin yang berlalu lalang
Gagahnya sibapak parlemen dengan jas berhias dasi
Sedang rakyatnya, jas hujanpun tak mampu ia beli
Baiknya pemimpinku, ia bangun banyak gedung tinggi
Sedang rakyatnya masih belum juga rumah ia huni
Bapak kami dibawah langit Putih sana
Katanya, ia tak tidur terpikir rakyatnya
Tapi, tak sedikitpun perubahan sejahtera
Si Buruh, Si Fakir dan Si miskin tertindas masih saja
Bapak kami dibawah gedung sana
Katanya, larut malam diskusi masih saja
Lampu gedung masih menyala terdiskusikan rakyatnya
Tapi, rakyatnya masih saja tertindas dalam rumahnya
Ketika bapak, dengan koper ia keluar dari gedungnya
Di Bawah langit MERAH Si Buruh
Jika hidup Si Penindas rasa manisan
Buruh, Si Fakir dan Si Miskin hidup rasa Penindasan
Kaki dilangkahkan berjejak luka dan darah
Sebab, hak-hak dirampas, Jiwapun bernada Amarah
Kini langit mulai terpetak-petak
Ketika kebijakan di Tangan Si Pencuri
Ketika kekuasaan di Tangan Si Penghisap
Karya: Abdoel Azjs Toro
0 komentar:
Posting Komentar