Home » , » Fatwa Tersirat dari Setangkai Bunga

Fatwa Tersirat dari Setangkai Bunga

Dibawah gerimis seorang gadis kecil berdiri di sudut toko
Menatap bunga-bunga yang berbaris sambil menggigit bibirnya
Dengan payung usangku, ku teduhi ia dari gerimis yang menerkam
“Kenapa hanya berdiri memandangi bungan itu”
tanyaku sambil ia berlari tanpa gumam

Kini sebentar lagi rembulan mengusir matari
Ia masih berdiri dan memandangi bunga itu kembali
Gerimis tidak lagi menerkam seperti pagi kemarin yang telah berlalu
Tapi kini hujan menikam tubuhnya yang kecil itu
Payungku telah rusak dan tak mampu meneduhinya
dari hujan yang terlempar dari langit
“kenapa hanya berdiri memandangi bunga itu”
Tanyaku kembali menyapanya
Sembari ia mengambil kemocengnya dan pergi menundukkan kepala

Penasaranku memecahkan celengan usangku.

Matari telah kembali bercokol dilangit biru
Dari dalam toko kulihat kembali gadis kecil itu
Menatapi bunga-bunga yang tersusun rapi
Dengan setangkai bunga iakuhampiri
“ini buatmu, tiga hari yang lalu hingga hari ini
Kau masih saja memandangi bunga-bunga yang sebentar lagi layu
Maka kubawakan bunga ini buatmu.”
Dengan lugu iapun sedikit bercerita dan memandang mataku.
Hari ini ulang tahun ibuku
Tapi uangku belum cukup untuk membeli kado untuk ibu
Mobil-mobil mewah tak ada yang terparkir di depan toko ini
Untuk ku bersihkan dan mendapatkan beberapa lembar rupiah lagi.
“Bisakah aku mengantarmu memberikan kado ini untuk ibumu?”
Tanyaku dengan tangan ku sandarkan kepalanya.
Gadis kecil mungil itu menarik tanganku
Tanpa suara ia membawaku lari di lorong-lorong waktu
Membawaku dan setangkai bunganya ke TPU
Dimana nisan-nisan berdiri tegak di atas tanah itu
Ia pun meletakkan bunga di atas nisan ibunya
Bu, hari ini ulang tahunmu dan aku hanya bisa memberikan bunga
Dan bait-bait yang kau ajarkan dulu tentang doa
Selalu kuucapkan dan kupanjatkan disetiap jarum jam berpindah dari tempatnya
Juga ketika rindu menyapa.
Aku hanya bisa memberikan ini, karena ayah juga telah tiada,
Menambahkan beberapa lembar rupiah untuk kado istimewa.
Doanya diatas nisan sembari menundukkan kepala.
Bukan lagi air hujan yang jatuh berserakan 
Menyirami nisan itu
tapi sakit yang menikam membuat matanya tak mampu
Tak mampu lagi membendung air mata jatuh ke nisan ibunya.

Oleh : Abdoel Azis Toro (Aci)
Grogol, 08 Maret 2016

0 komentar:

Posting Komentar